Rabu, 05 November 2025

KISI-KISI/ MODUL KESTAN TOPIK : Topik: Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) dalam Tanah dan Tanaman

 

MODUL KULIAH KESUBURAN TANAH

Topik: Calsium (Ca), Magnesium (Mg)(, dan Sulfur (S)

dalam Tanah dan Tanaman

 

Judul: Sumber, Bentuk, Sifat, Fungsi, batas kritis dan Analisis dalam Tanah dan Tanaman
Disusun oleh: Dr. Benny Hidayat
Program Studi: Ilmu Tanah / Agronomi
Tahun Akademik: 2025

KALSIUM (Ca)

1. Sumber Dan Bentuk Hara Calsium (Ca)

Sumber dan bentuk Ca

  • Sumber utama: mineral kalsit (CaCO₃), dolomit (CaMg(CO₃)₂), bahan organik, amandemen kapur (lime).
  • Bentuk kimia dalam tanah: ion Ca²⁺ dalam larutan tanah, kation tertukar (exchangeable Ca), terikat dalam mineral (misalnya kalsit), terikat organik atau kompleks.
  • Ketersediaan Ca dipengaruhi oleh pH, pertukaran kation (CEC), leaching terutama pada tanah berpasir atau curah hujan tinggi.
  • Bentuk ion yang tersedia bagi tanaman: Ca²⁺ untuk kalsium, Mg²⁺ untuk magnesium, dan SO₄²⁻ untuk sulfur (ion sulfat) dalam banyak kasus.

 

2. Sifat dan Reaksi Ca dalam Tanah

Sifat dan reaksi Ca dalam tanah

  • Ca²⁺ menggantikan H⁺ dan Al³⁺ pada situs pertukaran kation (CEC), berperan dalam menetralkan keasaman tanah (lime effect).
  • Efek terhadap struktur tanah: Ca membantu stabilitas agregat (meningkatkan struktur dan porositas) karena membawa kerapatan negatif partikel-partikel tanah.
  • Interaksi nutrien: Kadar Ca yang sangat tinggi dapat menghambat ketersediaan Mg (antagonisme) dan sebaliknya.

Reaksi-kimia utama Ca dalam tanah

a)      Pelindihan (leaching) Ca²⁺

a.       CaCO₃ (mineral) + 2 H⁺ → Ca²⁺ + CO₂ + H₂O

b.      Contoh: kalsit (CaCO₃) meluruh bila pH rendah atau terdapat keasaman tinggi.
Reaksi ini menunjukkan bagaimana Ca dari mineral menjadi ion terlarut yang tersedia untuk tanaman.

b)      Pertukaran kation (cation exchange) dengan Ca²⁺

a.       2 R–Na⁺ + Ca²⁺ → (R–)₂Ca + 2 Na

b.      (R– menandakan partikel tanah atau bahan organik yang bermuatan negatif)
Ca²⁺ bisa masuk ke situs pertukaran kation, menggantikan Na⁺ (atau H⁺/Al³⁺) pada tanah; ini penting untuk retensi Ca dan ketersediaan bagi tanaman.

c)      Presipitasi karbonat kalsium

a.       Ca²⁺ + CO₃²⁻ → CaCO₃ (padat)

b.      Jika kondisi tanah memungkinkan (misalnya pH cukup tinggi, ion CO₃²⁻ banyak), Ca²⁺ bisa mengendap sebagai kalsit atau bentuk karbonat lainnya. Hal ini mengurangi Ca larut yang tersedia.

d)      Netralisasi keasaman tanah (kapur/dolomit)

a.       CaCO₃ + 2 H⁺ → Ca²⁺ + CO₂ + H₂O

b.      atau bila menggunakan CaO atau Ca(OH)₂:

c.       Ca(OH)₂ + 2 H⁺ → Ca²⁺ + 2 H₂O

d.      Ini adalah dasar mengapa amandemen kapur (lime) yang mengandung Ca digunakan untuk menaikkan pH tanah.

e)      Sorospi / kompleks organik dengan Ca
Ca²⁺ bisa terikat pula dalam kompleks dengan bahan organik (humus, asam fulvat, dll). Contoh proses: Ca²⁺ + humat → Ca-humat terikat. Hal ini mempengaruhi mobilitas dan ketersediaan Ca di tanah.


Catatan penting:

  • Kondisi pH tanah sangat menentukan bentuk Ca yang dominan dan ketersediaannya. Misalnya di pH tinggi, karbonat/kalsit lebih dominan → Ca terikat dan kurang tersedia.
  • Kehadiran ion lain, seperti Na⁺, Al³⁺, Mg²⁺ atau K⁺, mempengaruhi kompetisi pertukaran kation.
  • Mobilitas Ca²⁺ dalam tanah cukup terbatas dibanding ion–lainnya karena mudah terikat, atau mengendap sebagai karbonat dalam kondisi tertentu.
  • Dalam konteks riset Anda (kompos/biochar dari limbah sawit), amandemen Ca (misalnya dari kapur, dolomit) bisa mengubah reaksi-reaksi di atas: meningkatkan Ca²⁺ larut, mengubah pertukaran kation, dan mempengaruhi struktur agregat tanah (karena Ca membantu flocculation)

Fungsi Ca dalam tanaman

  • Ca penting untuk pembentukan dinding sel dan pembelahan sel, transpor nutrien, aktivasi enzim, dan meningkatkan resistensi penyakit.
  • Karena mobilitasnya dalam tanaman terbatas, suplai Ca ke bagian aktif pertumbuhan sangat penting.

 

 

Batas kritis & gejala defisiensi Ca

  • Defisiensi Ca jarang terjadi jika pH tanah dan kandungan Ca cukup. Namun pada kondisi tertentu (tanah asam, leaching tinggi) bisa muncul.
  • Gejala: pertumbuhan titik tumbuh (apikal) terhambat, ujung dan tepi daun muda mati (necrosis), “blossom end rot” pada tomat/pepper karena kekurangan Ca.

Batas Kritis Ca di Tanah

Batas kritis Ca di tanah biasanya dinyatakan dalam satuan cmol(+)/kg (atau me/100g tanah) dan tergantung pada metode ekstraksi (misalnya NH₄OAc 1N pH 7, atau KCl 1N).

Jenis Tanah / Kondisi

Batas Kritis Ca (cmol(+)/kg)

Keterangan

Tanah mineral umum

2,0 – 3,0

Di bawah nilai ini tanaman mulai menunjukkan gejala kekurangan Ca

Tanah masam / tropika

1,0 – 2,0

Biasanya tanah ultisol, oxisol, podsolik merah kuning

Tanah bertekstur ringan (pasir)

0,5 – 1,5

Rentan kekurangan Ca karena pencucian tinggi

Tanah sawah

> 3,0

Umumnya cukup Ca karena pengapuran atau air irigasi mengandung Ca

🧩 Catatan:
Ca di tanah sangat dipengaruhi oleh pH, kejenuhan basa (KB), dan perbandingan Ca/Mg/K. Umumnya, kejenuhan basa Ca ideal adalah 60–70% dari KTK efektif.


🌿 2. Batas Kritis Ca dalam Tanaman

Ca dalam jaringan tanaman biasanya dinyatakan dalam % berat kering daun atau ppm. Nilainya bervariasi antar spesies:

Tabel Batas Kritis Ca pada berbagai Tanaman

Jenis Tanaman

Batas Kritis Ca (%) dalam daun

Gejala Kekurangan

Padi, jagung, gandum

0,2 – 0,3 %

Ujung daun muda mengering, pertumbuhan terhambat

Kedelai, kacang tanah

0,3 – 0,5 %

Daun muda klorosis, bunga gugur

Sayuran daun (sawi, kubis, selada)

0,8 – 1,0 %

Daun muda keriting, “tip burn” pada kubis/selada

Tomat, cabai

1,0 – 1,5 %

Busuk ujung buah (blossom end rot)

Tanaman buah (jeruk, apel, pisang)

1,0 – 1,5 %

Pertumbuhan pucuk lemah, buah kecil/tidak normal

 


Gambar penampakan tanaman kekurangan Kalsium (Ca)

Tabel Nilai Umum Batas Kritis Ca

Kompartemen

Batas Kritis Ca

Tanah

1,5–3,0 cmol(+)/kg

Jaringan tanaman

0,2–1,5% (tergantung jenis tanaman)

 




MAGNESIUM (Mg)

Sumber dan bentuk Mg

  • Sumber utama: mineral silikat yang mengandung Mg seperti biotit, hornblende, dolomit, serta bahan organik.
  • Bentuk kimia dalam tanah: Mg²⁺ larutan, exchangeable Mg, terikat mineral, terikat organik.
  • Faktor yang mempengaruhi ketersediaan: tanah asam (leaching Mg²⁺), antagonisme dengan Ca dan K, kondisi tekstur ringan dan curah hujan tinggi.

Sifat dan reaksi Mg dalam tanah

  • Mg²⁺ juga pertukaran kation penting; pada tanah dengan leaching tinggi, Mg mudah terbawa air.
  • Antagonisme dengan Ca dan K: apabila Mg terlalu tinggi relatif terhadap Ca, dapat mengganggu struktur tanah dan pertumbuhan tanaman.

 

Sifat dan reaksi S dalam tanah

  • Sulfat (SO₄²⁻) larut dan bergerak dengan air tanah → potensi kehilangan melalui leaching tinggi.
  • Mineralisasi dari S organik ke SO₄²⁻ melalui aktivitas mikroba; kondisi oksigen, pH, bahan organik mempengaruhi proses ini.
  • S juga dapat mempengaruhi pH: beberapa senyawa S ketika dioksidasi akan menurunkan pH tanah.

Fungsi, Batas Kritis dan Gejala Mg dalam Tanaman

Mg merupakan inti atom dari molekul klorofil → penting untuk fotosintesis; juga aktivator enzim penting dalam metabolisme tanaman.

Batas kritis & gejala defisiensi Mg

  • Tanah yang leached, ringan dan pH sangat rendah bisa menyebabkan kekurangan Mg.
  • Gejala: klorosis interveinal (kuning antara tulang-daun, sedangkan tulang daun tetap hijau) pada daun tua terlebih dahulu—karena Mg bersifat mobil dalam tanaman.

 

 

Batas Kritis Mg di Tanah

Kadar Mg di tanah umumnya dinyatakan dalam cmol(+)/kg tanah (atau me/100 g) dan dipengaruhi oleh pH, KTK, dan kompetisi ion Ca–K–Mg.

Tabel Batas Kritis Mg pada berbagai Tanah

Jenis Tanah / Kondisi

Batas Kritis Mg (cmol(+)/kg)

Keterangan

Tanah mineral (umum)

0,5 – 1,0

Di bawah nilai ini tanaman mulai menunjukkan defisiensi

Tanah masam (Ultisol, Oxisol, Podsolik Merah Kuning)

0,3 – 0,5

Mg sering tercuci dan tergantikan oleh Al³⁺ dan H⁺

Tanah sawah / aluvial

> 1,0

Biasanya cukup Mg

Tanah bertekstur pasir

0,2 – 0,4

Rentan kekurangan Mg karena daya jerap rendah

🧩 Kriteria tambahan:

  • Kejenuhan basa Mg ideal: sekitar 10–20% dari KTK efektif.
  • Rasio Ca:Mg: sebaiknya 3:1 – 6:1 (lebih dari itu → Mg bisa kurang tersedia).
  • Rasio K:Mg: ideal < 2:1 (K tinggi bisa menekan serapan Mg).

Batas Kritis Mg dalam Tanaman

Kadar Mg dalam jaringan tanaman biasanya dinyatakan dalam % berat kering daun atau ppm, tergantung jenis tanaman.

Tabel batas kritis Hara Mg pada berbagai macam tanaman

Jenis Tanaman

Batas Kritis Mg (%) dalam daun

Gejala Kekurangan

Padi, jagung, gandum

0,15 – 0,25 %

Klorosis antar tulang daun pada daun tua

Kedelai, kacang tanah

0,20 – 0,30 %

Daun tua menguning di antara tulang daun (interveinal chlorosis)

Sayuran daun (sawi, kubis, selada)

0,25 – 0,40 %

Daun tua menguning, daun muda masih hijau

Tomat, cabai

0,25 – 0,40 %

Daun bawah klorosis, nekrosis di tepi

Tanaman buah (jeruk, pisang, apel)

0,25 – 0,50 %

Klorosis antar tulang daun bawah, “daun ikan tulang” (fishbone pattern)

 

Tabel Batas Kritis hara Mg secara Umum

Kompartemen

Batas Kritis Mg

Tanah

0,3 – 1,0 cmol(+)/kg

Tanaman

0,15 – 0,50 % berat kering (tergantung jenis tanaman)

Kejenuhan basa Mg ideal

10 – 20 % dari KTK

Rasio ideal Ca:Mg

13 – 6 : 1

Rasio ideal K:Mg

< 2 : 1


 Gambar Penampakan Tanaman Kekurangan Magnesium (Mg)



SULFUR ( S)

1.      Sumber dan bentuk S (sulfur)

  • Sumber: bahan organik yang dimineralisasi (S organik → sulfat SO₄²⁻), deposisi udara, pupuk yang mengandung S.
  • Bentuk dalam tanah: ion sulfat (SO₄²⁻) dalam larutan tanah, sorpsi ke partikel tanah atau bahan organik, bentuk sulfat terikat, atau dalam bentuk mineral sulfida (pada kondisi tertentu) dan juga terlepas dalam bentuk gas (tergantung kondisi).
  • Mobilitas tinggi: Sulfat mudah larut dan leaching terutama pada tanah ringan dengan curah hujan tinggi.

 

2.      Fungsi S dalam tanaman

  • S merupakan bagian asam amino seperti sistein dan metionin, protein, enzim, klorofil; penting juga bagi fijasi N oleh tanaman legum.

3.      Batas kritis & gejala defisiensi S

  • Defisiensi S semakin diperhatikan, khususnya pada sistem intensif yang hanya diberikan NPK tanpa S.
  • Gejala: daun muda berubah hijau pucat atau kuning karena S kurang mobil → pertama muncul pada daun muda; pertumbuhan tersendat.

Batas Kritis S di Tanah

Kadar S dalam tanah biasanya diukur dalam bentuk SO₄²⁻-S (sulfat tersedia) dan dinyatakan dalam ppm (mg S/kg tanah).

Tabel Nilai batas kritis S pada jenis tanah

Jenis Tanah / Kondisi

Batas Kritis S (mg SO₄-S/kg tanah)

Keterangan

Tanah mineral umum

10 – 15 ppm

Di bawah ini tanaman berpotensi kekurangan S

Tanah masam tropis (Ultisol, Oxisol)

8 – 12 ppm

Umumnya miskin S akibat pencucian dan bahan organik rendah

Tanah sawah

> 15 ppm

Biasanya cukup S dari air irigasi atau mineral sulfat

Tanah berpasir / drainase cepat

< 10 ppm

Rentan kekurangan karena pencucian cepat

Tanah gambut / organik tinggi

> 20 ppm

Umumnya kaya S karena dekomposisi bahan organik

🧩 Catatan penting:

  • Sebagian besar S tersedia berasal dari mineralisasi bahan organik.
  • Dalam kondisi tergenang (anaerob), S dapat berubah menjadi H₂S, yang toksik jika berlebihan.

 

Batas Kritis S dalam Jaringan Tanaman

Kadar S dalam jaringan tanaman biasanya diukur dalam % berat kering daun.

Jenis Tanaman

Batas Kritis S (%) dalam daun

Gejala Kekurangan

Padi, jagung, gandum

0,15 – 0,20 %

Daun muda menguning (mirip kekurangan N, tapi muncul di daun muda dulu)

Kedelai, kacang tanah

0,20 – 0,25 %

Daun muda pucat, pertumbuhan terhambat

Sayuran daun (sawi, kubis, selada)

0,30 – 0,50 %

Daun muda pucat kekuningan, tanaman kerdil

Tomat, cabai

0,25 – 0,40 %

Daun muda menguning, batang kecil dan keras

Tanaman buah (jeruk, pisang)

0,20 – 0,30 %

Daun muda kuning pucat, buah kecil


Rasio Ideal dan Hubungan dengan Unsur Lain

  • Rasio N:S ideal = 10–15 : 1
    Jika rasio lebih tinggi → kemungkinan tanaman kekurangan S walau N cukup.
  • S bersinergi dengan N dan P dalam sintesis protein dan enzim.
  • Kekurangan S menurunkan efisiensi penggunaan N (Nitrogen Use Efficiency).

 

Kompartemen

Batas Kritis S

Tanah

10 – 15 mg SO₄²⁻-S/kg

Jaringan tanaman

0,15 – 0,50 % berat kering

Rasio N:S ideal

10–15 : 1

 

PRINSIP KERJA ANALISIS CA, MG DAN S TANAH DAN TANAMAN

1.      Analisis tanah (Ca, Mg, S)

  • Sampling hati-hati: pengambilan representatif (kedalaman root zone, arah zig-zag, jangan ambil dari area luar biasa).
  • Preparasi: keringkan udara, ayak (≤2 mm), homogenisasi.
  • Ekstraksi kation (Ca, Mg): banyak laboratorium menggunakan larutan amonium asetat 1 M pH 7.0 untuk menentukan Ca dan Mg exchangeable.
  • Interpretasi: hasil soil test menunjukkan indeks yang menunjukkan kemungkinan respons tanaman terhadap penambahan unsur. Contoh: sulfat S sulit diukur secara akurat dalam banyak tes standar, sehingga tissue analysis kadang jadi pilihan untuk S.
  • Rasio Ca:Mg kadang diperhitungkan (misalnya 6:1 hingga 1:1) tetapi bukti bahwa rasio ideal unggul masih lemah.

Analisis tanaman (plant tissue)

  • Sampling: bagian tanaman indikator (misalnya daun matang) pada pertumbuhan yang tepat.
  • Preparasi: cucian ringan jika diperlukan, pengeringan, penggilingan, digesti (misalnya asam nitrat/peroksida), kemudian analisis unsur (Ca, Mg, S) via AAS/ICP atau metode spesifik.
  • Interpretasi: hasil dianalisis terhadap rentang kecukupan (sufficiency ranges); juga memperhatikan rasio seperti N:S untuk S.
  • Kombinasi soil test + tissue analysis memberikan pemahaman terbaik: soil memberi potensi ketersediaan, tissue memberi kondisi nyata di tanaman.

 

 

 

2. Sifat & Reaksi Ca, Mg, S dalam Tanah

  • Ca²⁺ dan Mg²⁺ dapat menggantikan ion‐H⁺ atau Al³⁺ pada situs pertukaran kation (CEC) sehingga mempengaruhi pH dan kapasitas pertukaran.
  • Ca membantu memperbaiki struktur tanah, stabilitas agregat, karena ion Ca mengikat partikel tanah.
  • Interaksi antar nutrien: kadar tinggi Ca dapat menghambat uptake Mg, dan sebaliknya — antagonisme antara Ca dan Mg.
  • Sulfur dalam bentuk sulfat (SO₄²⁻) mudah bergerak, dan tanah dengan bahan organik rendah atau banyak pencucian mungkin kekurangan S.
  • Aplikasi amandemen seperti kapur (lime) yang mengandung Ca atau Mg akan menaikkan pH, sedangkan beberapa sumber S bisa menurunkan pH kalau bersifat asam.

3. Fungsi, Batas Kritis & Gejala Defisiensi Ca, Mg, S dalam Tanaman

Fungsi

  • Ca: penting untuk pembentukan dinding sel, pembelahan sel, stabilisasi membran, transpor nutrien, serta meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.
  • Mg: inti atom Mg dalam molekul klorofil → esensial untuk fotosintesis; juga aktivator banyak enzim dan metabolisme tanaman.
  • S: komponen asam amino (metionin, sistein), protein, enzim, klorofil; juga penting untuk fi­ksasi N pada legum.

Batas Kritis & Gejala Defisiensi

  • Ca defisiensi: pada tanaman yang tumbuh cepat atau organ terminal—gejalanya bisa berupa titik tumbuh mati, daun muda mengkerut, buah menjadi kecil/terdistorsi (contoh: blossom end rot).
  • Mg defisiensi: gejala khas berupa klorosis interveinal (jaringan di antara tulang daun menjadi kuning, tulang daun tetap hijau) terutama pada daun tua karena Mg mobil dalam tanaman.
  • S defisiensi: muncul pada daun muda (karena S kurang mobil), daun muda menjadi hijau pucat atau kuning, pertumbuhan terhambat.

Gambar Penampakan Tanaman Kekurangan Sulfur (S)

 

 

 

 

4. Prinsip Kerja Analisis Ca, Mg & S Tanah dan Tanaman

  • Analisis Tanah: Sampling representatif (kedalaman zona akar, homogenisasi), pengeringan, pengayakan. Ekstraksi ion‐kation untuk Ca dan Mg (misal larutan ammonium‐asetat) untuk menentukan kation tertukar.
  • Tidak banyak tes tanah spesifik yang akurat untuk S tersedia—sehingga analisis jaringan (plant tissue) menjadi penting untuk S.
  • Analisis Tanaman: Ambil bagian tanaman yang tepat (misalnya daun matang), preparasi (pembersihan, pengeringan, penggilingan), digesti dengan asam, kemudian analisis via AAS/ICP untuk Ca, Mg; untuk S bisa analisis total S atau sulfat. Interpretasi terhadap rentang kecukupan spesifik tanaman.
  • Kombinasi hasil tanah + jaringan membantu memahami potensi ketersediaan (tanah) dan kondisi aktual uptake dan status tanaman (jaringan).


Tabel komprehensif yang memuat sumber/bentuk, fungsi, batas kritis (jika tersedia) dan gejala defisiensi untuk nutrien Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) — yang bisa Anda sisipkan langsung ke dalam modul.

Unsur

Sumber / Bentuk utama di tanah

Fungsi utama dalam tanaman

Batas kritis / rentang kecukupan (tanaman/jaringan)

Gejala defisiensi

Ca (Kalsium)

Mineral seperti kalsit (CaCO₃), dolomit (CaMg(CO₃)₂); Ca²⁺ larutan, exchangeable Ca, terikat dalam mineral/organik

Pembentukan dinding sel, pembelahan sel, stabilisasi membran, transport nutrien

Contoh: pada daun tanaman tertentu ~ 0,20–0,25 % cukup untuk rumput & jagung. Untuk buah-tanaman seperti tomat/pepaya bisa ~ 1 % atau lebih.

Daun muda mengecil, ujung/tepi daun muda mati, pertumbuhan titik tumbuh terhambat, “blossom end rot” pada buah tomat

Mg (Magnesium)

Mineral silikat yang mengandung Mg (biotit, hornblende), dolomit; Mg²⁺ larutan, exchangeable Mg, terikat organik/mineral

Inti atom dalam molekul klorofil → fotosintesis; aktivator enzim; metabolisme fosfat

Contoh: daun tingkat tanaman: < 0,10–0,15 % Mg bisa defisiensi untuk beberapa tanaman.

Klorosis interveinal (jaringan antar‐tulang daun kuning, tulang daun hijau) pada daun tua terlebih dahulu

S (Sulfur)

Bahan organik yang dimineralisasi menjadi SO₄²⁻; sumber pupuk S; sulfat larutan, sorpsi ke partikel

Komponen asam amino (metionin, sistein), protein, enzim; penting untuk sintesis klorofil; peran dalam fiksasi N

Contoh: beberapa sayuran memiliki angka kritis ~ 0,20–0,30 % S. Juga N:S ratio: jika > 16–18:1, S mungkin membatasi protein.

Daun muda menjadi hijau pucat/kuning karena S kurang mobil → pertumbuhan terhambat

 

 

 

 

 

 

 

 


Daftar Pustaka

1.      Brady, N. C., & Weil, R. R. (2017). The nature and properties of soils (15th ed.). Pearson Education.

Referensi umum untuk sifat, reaksi, dan peranan unsur hara makro dalam tanah (K, Ca, Mg, S).

2.      Havlin, J. L., Tisdale, S. L., Nelson, W. L., & Beaton, J. D. (2014). Soil fertility and fertilizers: An introduction to nutrient management (8th ed.). Pearson Education.

Membahas bentuk, fungsi fisiologis, dan pengelolaan unsur hara utama termasuk K, Ca, Mg, dan S.

3.      Fageria, N. K. (2009). The use of nutrients in crop plants. CRC Press.

Menjelaskan peran fisiologis dan gejala defisiensi masing-masing unsur hara pada tanaman.

4.      Marschner, P. (2012). Marschner’s mineral nutrition of higher plants (3rd ed.). Academic Press.

Sumber mendalam mengenai fungsi unsur hara dalam metabolisme dan interaksi antar unsur.

5.      Mengel, K., & Kirkby, E. A. (2001). Principles of plant nutrition (5th ed.). Springer.

Referensi klasik mengenai ketersediaan, transport, dan fungsi nutrien dalam tanaman.

6.      Tan, K. H. (2010). Principles of soil chemistry (4th ed.). CRC Press.

Menjelaskan reaksi kimia tanah terkait Ca, Mg, K, dan S serta dinamika ketersediaan hara.

7.      Prasad, R., & Power, J. F. (1997). Soil fertility management for sustainable agriculture. CRC Press.

Fokus pada manajemen unsur hara makro dan dampaknya terhadap produktivitas tanaman.

8.      Alloway, B. J. (2008). Micronutrient deficiencies in global crop production. Springer.

Walaupun berfokus pada unsur mikro, buku ini memberikan konteks penting tentang interaksi K, Ca, Mg, dan S dengan unsur lain.